Arsip untuk April, 2009

cerpen

Posted in Tidak terkategori on April 5, 2009 by Aqil Amura

Ini sebuah cerpen yan gue buat udah lumayan lama. ya gue minta commentnya aja…

Cerita Si Pria

Di sore yang hari yang dingin. Si pria berjalan lunglai dengan kemeja dan jas yang berantakan menenteng tas kerjanya. Kakinya melangkah malas. Ia memasuki sebuah rumah kecil dan duduk di atas tempat tidur. Dari wajahnya terbaca kesedihan bercampur amarah. Ia ternyata baru dipecat dari pekerjaannya yang telah amat ia senangi. Ia berkerja di sebuah perusahaan sebagai desainer interior. Sebenarnya selama ini ia berkerja amat baik. Klien-kliennya selalu puas dengan kerjanya yang tepat waktu. Sekarang ia telah dipecat karena perusahaan hampir bangkrut dan harus mengurangi beberapa pekerja. Si pria amat kesal dengan perlakuan ini, karena ia melakukan pekerjaan yang baik, ia menjadi korban perusahan. Dan uang pesangonnya amat sedikit.
Ia duduk dengan tubuh menunduk. Rambutnya yang gondrong menutupi matanya yang sembab dengan setetes air mata. Akhirnya ia berdiri dari berapa lama ia duduk. Ia membuka jasnya dan membuangnya begitu saja ke lantai dan membuka beberapa kancing kemejanya bersama membuang tasnya dengan asal saja. Lalu ia merebahkan diri ke tempat tidur. Ia memejamkan mata.

***
Si pria berjalan dengan langkah cepat dan pasti, di payungi malam tanpa bintang dan penuh awan. Dan ditemani bulan purnama. Di tulang rusuk kirinya terdapat pistol yang ia tutupi dengan jasnya. Ia memasuki sebuah bank, bergaya seperti seorang nasabah yang memiliki urusan dengan penarikan atau pemasukan uang di bank tersebut. Ia memasuki barisan menuju tempat penarikan uang. Dan beberapa lama kemudian ia mendapatkan tempat di depan. Kemudian ia memasukan tanganya ke daerah rusuk sebelah kirinya. Ia mengambil pistolnya kemudian ia arahkan tepat di depan dahi pegawai bank yang ada di depannya.. “Serahkan uangnya! Atau ia akan kutembak!” teriak si pria. Pegawai lain hanya diam ketakutan.DAR! Si pria menembak langit-langit. bank. Langsung saja para pegawai yang lain cepat mengeluarkan uang dan para nasabah diam terpaku ketakutan.
Si pria tersenyum kemenangan. Ia mengambil uangnya dan ia masukan ke dalam kantung besar. Para nasabah dan pegawai bank diam tak berkata-kata mereka hanya sibuk mengelap keringatnya. Walaupun bank ini menggunakan Air Conditioner, mereka tetap berkeringat karena tegang. Si pria rupanya belum puas dengan uang dari bank, ia memerintahkan para nasabah untuk mengeluarkan harta mereka. Dengan tegang para nasabah mengeluarkan uang, memberikan kalung dan gelang emas, dan juga arloji mereka.
Tiba-tiba terdengar sirene mobil polisi, sepertinya salah satu dari pegawai bank membunyikan alarm yang langsung terdengar ke kantor polisi. Si pria langsung berlari menuju pintu belakang bank. Ia tembak engsel pintu untuk membuka pintu. Setelah itu ia langsung berlari menuju gang kecil diantara gedung-gedung apartemen .
Di sana ada seorang pria lain. Kelihatannya teman si pria. Mereka bicara panjang lebar sepanjang perjalanan dan terkadang tertawa. Mereka berhenti di depan sebuah gedung tua yang terlihat tak terurus. Tapi gedung itu tak terlihat seperti dari tampak luarnya. Di dalam sana terisi dengan gaya kehidupan glamor para penjudi bersama-sama para wanita-wanita bayaran mereka.
Si pria dan temannya duduk di sudut sambil meneguk minuman berakohol. Si pria tampak serius melihat meja ketiga dari tempatnya. Ia amat tertarik dengan pria gemuk berkalung emas besar. Pria gemuk itu tampak bahagia dengan hadiahnya. Ini yang kelima kalinya ia menang. Pelan-pelan si pria berjalan menuju meja itu dan mencoba keberuntungannya. Dengan uang hasil rampokannya ia pikir ia masih bisa mengambil resiko bila ia kalah.
Ia mengajak bermain si pria gemuk berkalung emas itu. Ia mulai bermain. Detik demi detik menuju menit kemudian jam berlalu. Si pria sudah menang tiga kali dan kalah satu kali. Ia tertawa senang. Wajah si pria gemuk terlihat tak percaya. Karena si pria gemuk berkalung emas masih ingin mengalahkan si pria, mereka bermain lagi.
Baru dua menit permainan mereka mulai. Terdengar suara yang menggetarkan nyali seluruh orang yang ada di dalam gedung itu. Suara sirene polisi. Suara yang membuat mereka berlaria-larian seperti anjing yang mencoba menggigit ekornya. Tapi, bukankah mereka memang anjing?
“Tempat ini sudah kami kepung, kalian lebih baik menyerahkan diri. Karena kami membawa dua helikopter!” polisi membuat nyali para penjudi semakin gemetar dengan menyatakan kepungan mereka lewat megaphone.
Si pria terpaku. Bingung, takut, dan tak bisa berpikir panjang. Karena ini pertama baginya. Ia mencoba lari. Lima belas orang polisi masuk ke dalam gedung. Ia tertangkap.

***
Si pria membuka mata. Ia masih berada di rumahnya. Jas dan tasnya masih bergeletak berantakan di lantai kamarnya. Si pria mulai tersadar tadi hanya bunga tidurnya yang amat buruk. Si pria kembali ke dunia nyata. Ia pergi mencuci wajahnya dan menuju meja yang ia biasa membuat sketsa desain. Ia mengambil pensil dan mulai menggores-goreskankannya di atas permukaan kertasnya.
Ia membuat sebuah karya dengan semua perasaannya yang ia rasakan saat itu. Sangat lancar ia membuatnya. Ia hanya menggerakan tangan kanannya dan matanya. Tangan kirinya memegangi kepalanya dan kakinya mengangkat satu menekuk ke atas kursi.
Sekitar satu setengah jam ia membuat karyanya. Setelah selesai ia pergi membuat minuman. Ia duduk tenang di bangku dapur sambil meneguk kopinya..
Ada seseorang yang mengetuk pintu. Si pria membukanya. Itu adalah teman kerjanya. Temannya ini selamat dari korban pemecatan perusahaannya yang dulu. Si pria mempersilahkan duduk dan menyuguhkan kopi.
“Maaf aku tak bisa membantu,” Kata temannya.
“Membantu? Untuk apa?” Si pria balik bertanya.
“Agar kau tetap berkerja.” Jelas temannya.
“Tak apa, mungkin aku memang tidak benar melakukan pekerjaanku,” Jawab si pria.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” Tanya temanya.
“Mencari pekerjaan baru. Tapi aku ingin rehat sebentar. Agar tenang dulu.” Jelas si pria.
“Hmm.. kau masih juga membuat sketsa ruangan?” Tanya temannya.
“Tidak itu hanya kerjaan isengku” Jawab si pria santai.
“Coba kulihat,” Temannya menggambil kertas itu dari meja
“…”
“Wah ini sangat bagus.” Puji temannya.
“Benarkah?” Si pria tak percaya.
“Sebuah ekspresi yang kompleks, tetapi dilukiskan dengn indah.”
“Terima kasih. Api aku tak tahu itu akan jadi apa?”
“Ini bisa jadi lukisan.”
“Lukisan di atas kertas HVS?”
“Mungkin kau bisa memperbesarnya di kanvas.
“Aku tak bisa melakukannya dua kali.”
“Pakailah baju yang lebih rapih sedikit.”
“Untuk apa?”
“Ayo ikut denganku.” Temannya tersenyum.

***

Sekarang sang pria mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sekarang dia telah berkeluarga dan bahagia.Tak perlu ia jalani jalan yang hitam untuk mendapatkan kesejaterahaan. TAMAT